Penelitian > Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2024-08-01
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) masih menjadi salah satu perhatian dalam pencapaian target indikator yang diinginkan. Data tahun 2022 hingga 2023 menyebutkan adanya peningkatan jumlah AKI dan AKN yang kemudian menyoroti adanya kesenjangan yang signifikan dalam penyediaan layanan kesehatan ibu dan neonatal serta hasil kesehatan di Indonesia. Salah satu faktor yang berkontribusi besar adalah adanya keterbatasan kapasitas dan kesiapan tenaga kesehatan dalam melakukan penanganan kasus. Melihat tantangan ini, Yayasan Project HOPE dalam Program Kesehatan Ibu dan Neonatal (Maternal and Neonatal Health/MNH) menyelenggarakan program Expanding Saving Lives at Birth (E-SLAB) yang dilaksanakan di empat kabupaten yakni Indramayu, Grobogan, Sumedang, dan Sampang serta menyelenggarakan program Saving Lives at Newborn at Risk (SINAR) yang diselenggarakan di Kabupaten Indramayu dan Grobogan. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan tenaga kesehatan tentang Kesehatan Ibu dan Anak. Dalam meninjau capaian program setelah dilaksanakannya program ESLAB dan SINAR, maka dilakukan suatu evaluasi pasca pelatihan. Evaluasi diadakan untuk mengukur pengetahuan dan ketrampilan peserta terlatih program ESLAB dan SINAR melalui metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi ini juga turut menganalisis data indikator kematian ibu dan neonatal di dua kabupaten intervensi.
2021-08-05
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerimaan Kampung KB dan partisipasi masyarakat di Kota Denpasar dalam kegiatan ketahanan keluarga di era COVID-19. Sedangkan tujuan spesifik dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik demografi masyarakat kampung KB, gambaran pengetahuan masyarakat tentang kampung KB di wilayahnya, gambaran penerimaan masyarakat terhadap desa yang dijadikan kampung KB, gambaran dampak COVID-19 di Kampung KB tersebut, dan gambaran partisipasi masyarakat dalam ketahanan keluarga selama pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan menggunakan survei online, yaitu dengan memanfaatkan aplikasi Google Formulir. Sasaran responden penelitian adalah masyarakat Kota Denpasar yang berusia ≥18 tahun, tinggal di 4 Desa Kampung KB di Kota Denpasar meliputi Desa Pemogan, Desa Sumerta Kaja, Desa Dauh Puri Kauh dan Desa Dauh Puri Kaja serta bersedia untuk menjadi responden penelitian sesuai informed consent. Responden dipilih secara consecutive sampling.
2021-04-05
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur situasi awal dari indikator dampak dan hasil pelaksanaan Emo-Demo PMBA di 4.494 Posyandu di 5 Kabupaten/Kota di Jawa Timur yaitu Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Trenggalek dan Kota Surabaya di Jawa Timur. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui profil anak Balita, ibu/pengasuh dan keluarganya di wilayah pelaksanaan Emo-Demo di Provinsi Jawa Timur dan masing-masing Kabupaten/Kota, (2) Untuk mengetahui cakupan program-program posyandu di Provinsi Jawa Timur dan masing-masing Kabupaten/Kota, (3) Untuk menganalisis pengaruh intervensi Emo-Demo terhadap praktik PMBA ibu/pengasuh yang sesuai dengan tumbuh kembang Baduta usia 0-23 bulan di Provinsi Jawa Timur dan masing-masing Kabupaten/Kota, (4) Untuk menganalisis pengaruh intervensi Emo-Demo terhadap indikator PMBA (MDD, MF dan MAD) untuk Baduta usia 6-23 bulan di Provinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross-sesctional pada survei baseline dan endline. Dalam pengumpulan informasi, studi menggunakan metode kuantitatif dalam pertanyaan kuisioner. Respon pre dan post yang dikumpulkan dari kuisioner dianalisa untuk mengevaluasi perilaku PMBA setelah diberikan intervensi Emo-Demo. Data dibagi menjadi data berpasangan dan tidak berpasangan yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian.
2021-01-05
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memfasilitasi penyusunan kebijakan tertulis 10 LMKM, rencana strategis untuk mengkomunikasikan kebijakan tersebut dan strategi sosialisasi untuk menegakkan kebijakan 10 LMKM kepada semua staf fasilitas kesehatan baik untuk tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan. Tujuan berikutnya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik tenaga kesehatan dan non-kesehatan di fasilitas kesehatan dalam mempromosikan ASI eksklusif, serta untuk pengembangan monitoring dan evaluasi dengan menilai penerapan 10 LMKM pada dan pemantauan berkelanjutan terhadap KAP staf di fasilitas kesehatan. Program BENEFIT ini merupakan program lanjutan dari BFHI tahap satu yakni asesmen terhadap pelaksanaan 10 LMKM di lima wilayah yang sama. Dalam penelitian tersebut direkomendasikan untuk melakukan intervensi 10 LMKM khususnya langkah satu dan langkah dua untuk meningkatkan pelaksanaan 10 LMKM. Untuk dapat melihat dampak dari intervensi ini, tim CPHI menggunakan pendekatan penelitian Aksi Pembelajaran Partisipatif dan Penelitian Aksi (Participatory Action Learning and Action Research/PALAR). Pendekatan PALAR merupakan bagian dari metode penelitian aksi partisipatif yang bertujuan untuk mengeksplorasi pelaksanaan tindakan atau aksi dan untuk mengukur keberhasilan implementasi sebuah intervensi dengan melibatkan partisipan secara aktif melalui satu siklus perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perubahan dan proses implementasi. Kegiatan intervensi dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap perencanaan awal (initial planning), tahap pelaksanaan inti (core implementation), dan tahap penilaian program (program assessment).
2018-01-01
Melalui program Baduta 2.0 sebagai bentuk kerjasama GAIN dan Kemenkes 2017-2020, meningkatkan praktik pemberian ASI merupakan salah satu fokus kegiatan dalam upaya perbaikan gizi 1000 HPK dalam mencegah terjadinya stunting. Program Baduta 2.0 dilaksanakan di lima kabupaten/kotadi Provinsi Jawa Timur, yaitu Bondowoso, Jember, Probolinggo, Trenggalek, dan Surabaya. Sejalan dengan hal tersebut, maka penting untuk mendokumentasikan bagaimana aksi integrasi penurunan stunting di daerah serta melakukan asesmen kebijakan 10 LMKM di sarana fasilitas kesehatan sebagai salah satu isu strategis dalam upaya penurunan stunting. Hasil asesmen akan menjadi dasar dalam perencanaan berbasis bukti (PBB). Asesmen ini secara umum bertujuan untuk menilai pelaksanaan kebijakan dan program 10 LMKM di lima kabupaten/kota sebagai salah satu upaya penurunan stunting. Dalam pelaksanaan asesmen ini digunakan tiga metode yaitu desk review, asesmen lapangan, dan dilanjutkan dengan penyusunan program berbasis bukti. Total sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 533 orang yang terdiri dari sampel untuk penelitian kuantitatif sebanyak 372 orang yang terdiri dari 242 pimpinan fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, bidan praktik mandiri dan klinik) dan 130 ibu nifas sebagai data validasi. Jumlah sampel untuk penelitian kualitatif sebanyak 161 orang yang terbagi menjadi empat level yaitu level individu, kelompok, komunitas dan kebijakan sebagai triangulasi data.
2018-01-01
Program GenRe BKKBN di sekolah-sekolah ditujukan agar dapat menjadi forum diskusi bagi remaja untuk mengatasi berbagai masalah seksual remaja. Pihak sekolah menerima dengan baik keberadaan dari PIK Remaja di sekolah sebagai tempat informasi kesehatan reproduksi remaja, karena merasa bahwa remaja saat ini rentan untuk masuk dalam masalah pergaulan bebas dan narkoba. Implementasi PIK R disekolah juga sangat terbantu keberhasilannya bila guru dan sekolahnya mendukung baik dalam kebijakan dan juga sarana prasana. Hal ini tampak pada SMA 2 Semarapura, dimana sekolah membuat kebijakan morning speak untuk mengasah kemampuan siswa dalam public speaking. Dukungan kebijakan lainnya berupa pembuatan Surat Keputusan (SK) bagi para konselor sebaya, dan ijin dari sekolah saat ada kegiatan pengimbasan ke sekolah lain atau sekaa teruna teruni. Dari sisi sarana prasarana, sekolah SMA 2 Semarapura juga menyediakan ruang konseling khusus untuk pra konselor menjalankan tugasnya. Peran factor reinforcing lainnya adalah program kesehatan reproduksi remaja yang serupa dengan PIK- Remaja, yaitu KSPAN. Jika dibandingkan dengan program KSPAN maka program PIK-Remaja dianggap masih kurang aktif di publik sehingga sedikit yang memanfaatkan konselor sebaya. Namun walaupun begitu, dua program ini dapat saling menguatkan di SMA 2 Semarapura karena beberapa siswa yang ikut ektra KSPAN juga ikut dalam PIK Remaja. Sedikit berbeda bila melihat implementasi di SMP 6 Denpasar, program PIK-R masih tergolong baru dan masih belum jelas pelaksanaannya bahkan tidak diketahui oleh siswa/I sekolah setempat, sarana prasarana pendukung juga belum ada dan belum media edukasi belum dimanfaatkan dengan baik. Dari kondisi ini tampak bahwa dukungan kebijakan sekolah dan juga guru Pembina memegang peranan penting untuk implementasinya dilapangan. Fokus PIK Remaja yang menonjolkan pemberdayaan siswa itu sediri, tetap memerlukan peran fasilitator yang baik, dalam hal ini Pembina dan kebijakan sekolah agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar. Sebagai rekomendasi selanjutnya, sosialisasi tentang PIK Remaja perlu diberikan juga kepada guru-guru termasuk pembinanya. Upaya advokasi perlu diimplementasikan juga disekolah, tidak berhenti pada buku pedoman saja, yang bertujuan untuk menggalang dukungan pihak sekolah. Sebuah pemberdayaan (dari, oleh dan untuk) siswa dalam PIK remaja sangat tergantung keberhasilannya bila didukung oleh proses advokasi dan juga bina suasana.
2018-01-01
Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di Provinsi Bali bertujuan untuk membekali remaja dengan informasi yang akurat dan relevan mengenai kesehatan reproduksi, perencanaan masa depan, serta pencegahan risiko sosial. Penyusunan modul ini dirancang sebagai panduan komprehensif bagi fasilitator dan anggota PIK-R dalam memberikan edukasi yang interaktif dan berbasis kebutuhan remaja. Dengan modul ini, diharapkan PIK-R dapat menjadi wadah yang efektif dalam mendukung remaja untuk mengambil keputusan yang lebih sehat dan bertanggung jawab dalam kehidupannya.
2018-01-01
Pada Mei 2012, BKKBN melakukan pengembangan terhadap program GenRe yaitu dengan meluncurkan program GenRe di sekolah-sekolah agar dapat menjadi forum diskusi bagi remaja untuk mengatasi berbagai masalah seksual remaja. Jika dibandingkan dengan program KSPAN maka program PIK-Remaja dianggap tidak terlalu aktif di publik dan hanya sedikit yang memanfaatkan konselor sebaya. Hal tersebut terjadi juga di Kota Denpasar dan dapat memberi gambaran bahwa masih kurangnya minat dan perhatian siswa pada program PIK-Remaja di sekolah. Laporan ini disusun sebagai hasil evaluasi bagi program PIK-Remaja yang telah terlaksana sehingga mampu menghasilkan rekomendasi strategi metode yang sesuai untuk remaja terkait program PIK-Remaja di sekolah. Hal yang dapat disoroti pada kegiatan evaluasi ini yaitu beberapa hal terkait pelaksanaan PIK-R di sekolah khususnya pada sekolah tempat penelitian yaitu di SMPN 6 Denpasar dan SMAN 2 Semarapura. Kedua sekolah ini diketahui memiliki latar belakang kegiatan PIK-R yang berbeda, dimana pada SMPN 6 Denpasar, program PIK-R masih tergolong baru dan masih belum jelas pelaksanaannya bahkan tidak diketahui oleh siswa/I sekolah setempat. Namun pada SMAN 2 Semarapura, sebagai sekolah yang tergolong aktif kegiatan PIK-R nya, tetap saja merasa kurang mendapat dukungan khususnya dari BKKBN baik daerah maupun pusat dalam hal pemberian materi, dukungan media yang dapat dijadikan sebagai bahan sosialisasi, hingga tidak pernah difasilitasi perkumpulan antara konselor sebaya yang justru dinilai perlu diadakan oleh anggota PIK-Remaja sebagai ajang sharing ilmu dan memperluas pergaulan. Lebih lanjut lagi sesungguhnya keberadaan dan peranan PIK-Remaja di lingkungan remaja sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang PIK-Remaja maupun mengenai kesehatan reproduksi pada umumnya. Hanya saja pada setting penelitian ini, diketahui bahwa akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK-Remaja masih relatif rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pengembangan dan pengelolaan PIK-Remaja dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas tersebut. Untuk peningkatan pengembangan, pengelolaan dan pelayanan PIK-Remaja, langkah awal yang diperlukan yaitu dibuatkannya buku panduan yang dapat digunakan oleh semua pihak yang terkait dengan pengelolaan, pengembangan dan pelayanan PIK-Remaja. Sebagai rekomendasi selanjutnya untuk lebih menggaungkan program PIK-Remaja di sekolah yaitu dengan merubah pola pikir PIK-Remaja yang beda dari hal yang biasa dan menyasar sesuai kebiasaan remaja seperti melakukan KIE konkrit melalui media social dengan mengadopsi teori doktrin bahwa sesuatu yang selalu diulang-ulang untuk disebarkan (eg. Ekstrak kulit manggis) akan menjadi hal yang mudah untuk diingat dan kemudian dipercayai. Selain itu langkah sosialisasi mengenai program PIK-Remaja ke seluruh sekolah secara serempak dapat lebih digencarkan melalui media massa maupun media luar ruang seperti pada website, billboard, spanduk, maupun flyer. Zaman tingginya penggunaan internet pada remaja seperti saat ini juga dapat dijadikan peluang untuk dapat lebih menggencarkan kegiatan PIK-Remaja hingga keluar negeri sehingga dapat dijadikan model percontohan dalam pencegahan masalah Triad KRR baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu, kegiatan kemitraan dengan guru Pembina di sekolah dengan mengadakan pelatihan untuk guru hingga memotivasi para mitra lainnya seperti karang taruna, remaja di sekitar lingkungan komunitas, tokoh agama/masyarakat bahwa masalah remaja adalah masalah bersama dengan program GenRe adalah solusi dengan mengenalkan PIK-Remaja yang ada di lingkungan luar yang akan mendukung keajegan program PIK-Remaja.
2017-01-01
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyediakan sebuah portal untuk memfasilitasi proses pelaksanaan penyusunan perencanaan program dan anggaran berbasis Teknologi Informasi di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.