Telah lama dunia ketahui bahwa menyusui adalah momen penting dalam kehidupan bayi. Momen penting ini semestinya mendapat dukungan semua pihak dalam keluarga demi mensukseskan menyusui dan menghasilkan bayi yang sehat di kemudian hari. Selain peran ibu, menyusui juga memiliki sangkut pautnya dengan ayah, walaupun tidak secara langsung.
Peran Ayah dalam Proses Menyusui
Secara fisiologis ayah memang tidak bisa berperan secara langsung dalam menyusui, namun ayah masih bisa berperan, yakni dengan mendukung secara penuh ibu menyusui. Ibu menyusui memerlukan dukungan ayah sebagai partnernya dalam masa-masa sulit menyusui, sayangnya tidak semua ayah menyadari hal tersebut karena bertahan pada stigma bahwa menyusui hanya tugas perempuan.
Peran Ayah dalam membantu ibu menyusui kerap kali diabaikan di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah nilai-nilai patriarki yang masih dianut oleh masyarakat Indonesia. Pandangan bahwa mengurus anak, termasuk masalah menyusui, hanya tanggung jawab perempuan masih kuat di masyarakat Indonesia sehingga membuat para ayah sulit untuk mendukung ibu yang sering kali menghadapi masa-masa sulit selama menyusui.1
Dampak dari stigma dan nilai-nilai budaya tersebut adalah minimnya peran ayah dalam proses menyusui. Padahal proses menyusui merupakan salah satu proses yang berat dan tidak sedikit ibu yang mengalami sindrom baby blues. Sindrom tersebut juga membuat ibu yang baru saja melahirkan sering merasa sedih dan suasana hati menjadi berantakan. Apabila tidak segera diobati dengan tepat kemungkinan ibu tersebut bisa mengalami depresi. Ibu yang mengalami tekanan tentu tidak akan berdampak baik pada proses merawat bayinya. Maka dari itu, untuk menghindari kemungkinan terburuk tersebut, memaksimalkan peran ayah sangatlah penting.
Membentuk kesadaran dalam masyarakat yang telah lama terkungkung dalam stigma dan nilai-nilai budaya tentu bukan persoalan mudah. Memerlukan suatu perubahan mendasar dan secara konsisten dilakukan dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Terobosan-terobosan seperti pembentukan komunitas Ayah Asi merupakan salah satu cara dalam membentuk kesadaran.
Selain faktor eksternal bisa membangun kesadaran ayah akan perannya dalam menyusui, kesadaran internal karena mengetahui perannya dan manfaat dari perannya tersebut tentu akan menjadi penunjang yang baik dalam perilaku ayah. Hal ini berkaitan dengan teori perilaku kesehatan yang disampaikan Notoatmodjo (2010)2 dalam buku Ilmu Perilaku Kesehatan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor internal seperti pengetahuan, sikap, persepsi, keyakinan, keinginan, motivasi dan niat.
Dalam penelitian yang bertajuk “Dads make a difference: an exploratory study of paternal support for breastfeeding in Perth, Western Australia” pada tahun 2009, didapatkan hasil bahwa ayah dapat membantu keberhasilan menyusui. Pemberian dukungan emosional, praktis dan fisik dari ayah diidentifikasi oleh peneliti sebagai faktor pendorong keberhasilan menyusui. Keterlibatan ayah berdampak positif terhadap keberhasilan menyusui.3
Berbicara peran ayah dalam mendukung menyusui, Sheriff dan dua kolega penelitinya mengidentifikasi bahwa lima atribut penting dukungan ayah dalam kaitannya dengan menyusui 4 adalah : (1) pengetahuan tentang menyusui; (2) sikap positif terhadap menyusui; (3) keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan; (4) dukungan praktis; dan (5) dukungan emosional. Lima atribut tersebut dapat dikaitkan dengan seberapa besar nantinya dukungan ayah terhadap proses menyusui.
Peran ayah dalam mendukung ibu menyusui sangat krusial, baik dukungan fisik maupun psikis. Dukungan fisik bisa dilakukan dengan cara membantu pekerjaan domestik atau menemani ibu ketika mereka harus terjaga pada malam hari. Dukungan psikis dapat berupa memastikan kondisi ibu tenang dalam menghadapi tantangan-tantangan yang muncul sehingga pemberian ASI eksklusif bisa tercapai.5
Tips Menjadi Ayah ASI
Beberapa tips untuk menjadi ayah yang mendukung menyusui atau sering disebut Ayah ASI di Indonesia seperti yang dikutip dari Alodokter 6 adalah sebagai berikut :
- Bersikap mendukung
Membawakan segelas air atau bantal ekstra untuk istri, bisa menjadi dukungan yang diperlukan. Ayah ASI juga dapat membantu menggendong bayi yang hendak menyusu, kemudian membuat bayi bersendawa setelahnya. Ibu menyusui yang didukung suami, cenderung mampu menyusui lebih lama dibandingkan yang kurang mendapat dukungan dari suami.
- Maksimalkan kontak dengan bayi
Bangun ikatan ayah dan bayi dengan memeluk, memandikan, ataupun membawanya berjalan-jalan. Manfaatkan tangan ayah ASI yang lebih kuat dan kokoh untuk menenangkan bayi yang menangis. Ayun perlahan, namun jangan sampai diguncang. Bayi juga dapat ditenangkan dengan suara berat yang dimiliki para ayah, bisa dengan kata-kata lembut atau nyanyian.
- Membantu memberi ASI perah
Ayah ASI dapat membantu ibu memberikan ASI yang sudah diperah. Jika ASI perah diberikan dengan botol, sebaiknya tunggu hingga usia bayi 3-4 minggu. Hal ini perlu dilakukan agar bayi sudah mampu menguasai cara menyusu dengan benar. Saat bayi berusia 6 bulan, ayah dapat membantu memberi makanan pendamping ASI.
- Menemani ibu memperoleh informasi menyusui
Jangan menganggap informasi menyusui hanya patut diketahui oleh ibu. Pada awal-awal masa menyusui, peran ayah ASI sangat penting. Jika perlu, tanyakan kemungkinan sesi khusus yang diperuntukkan bagi para ayah ASI di rumah sakit atau layanan kebidanan setempat.
- Memahami penurunan gairah seksual masa menyusui
Jangan menganggap pasangan tidak lagi tertarik untuk berhubungan intim. Saat menyusui, ibu mengalami penurunan hormon estrogen, sehingga vagina lebih kering. Hal ini dapat memicu nyeri saat berhubungan intim.
Peran ayah dalam proses menyusui tentu tidak dapat diremehkan. Ayah dapat memberikan dukungan penuh pada ibu yang sedang menyusui sehingga keberhasilan menyusui akan lebih terjamin.
***
Sumber :
- Rachmah Ida, “The Construction of Gender Identity in Indonesia: between Cultural Norms, Economic Impli cations, and State Formation,” Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 21-34.
- Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta
- Tohotoa, J., Maycock, B., Hauck, Y. L., Howat, P., Burns, S., & Binns, C. W. (2009). Dads make a difference: an exploratory study of paternal support for breastfeeding in Perth, Western Australia. International breastfeeding journal, 4(1), 1-9. https://internationalbreastfeedingjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/1746-4358-4-15
- Sherriff, N., Hall, V., & Panton, C. (2014). Engaging and supporting fathers to promote breast feeding: A concept analysis. Midwifery, 30(6), 667-677. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0266613813002192
- The Conversation. (2020). Peran ayah dalam ASI eksklusif penting: 2 hal yang bisa dilakukan pemerintah. Diakses dari situs https://theconversation.com/peran-ayah-dalam-asi-eksklusif-penting-2-hal-yang-bisa-dilakukan-pemerintah-144361 pada 5 November 2020.
- Alodokter. (2018). 5 Langkah Ayah ASI Memperlancar Proses Menyusui. Diakses dari situs pada https://www.alodokter.com/5-langkah-ayah-asi-memperlancar-proses-menyusui 6 November 2020.
- https://ayahasi.org/ (link eksternal, bukan sumber)