2022-12-18
Jika menyusui ASI belum ditemukan sama sekali, maka hari ini jika ada orang yang menjadi ‘penemunya’ akan sangat layak menerima dua Penghargaan Nobel sekaligus di bidang kesehatan dan ekonomi. Begitu menurut Keith Hansen, penulis artikel “Breastfeeding: a smart investment in people and in economies” yang terpublikasi di The Lancet. (1) Menyusui ASI memang sangat lekat dengan manfaat kesehatannya, tapi apa manfaatnya secara ekonomi? *** Menyusui ASI Tidak Hanya Membawa Dampak Kesehatan Pemberian ASI (Air Susu Ibu) pada bayi merupakan suatu kegiatan penting, dampak baiknya telah diteliti oleh para ilmuwan dan sangat direkomendasikan oleh badan kesehatan dunia (WHO). Dampak ASI pada kesehatan baik pada bayi maupun pada ibu telah banyak disampaikan dan dipromosikan demi meningkatkan partisipasi memberikan ASI di seluruh dunia. Cakupan menyusui secara global masih belum menunjukkan suatu angka yang memuaskan. Dilaporkan hanya sekitar 41% bayi menerima ASI eksklusif menurut laporan Global Breastfeeding Scorecard 2019. (2) Cakupan ini perlu ditingkatkan lagi agar memenuhi target sekitar 70% pada 2030, sesuai dengan target yang dicanangkan oleh WHO dan UNICEF. Telah melimpahnya dampak baik menyusui pada kesehatan masih memerlukan dukungan serius untuk mempromosikan menyusui ASI di masyarakat luas. Maka dari itu penting untuk mencari tahu lagi apa saja dampak menyusui selain dilihat dari sisi kesehatan sehingga promosi yang dilakukan dapat lebih beragam dan menawarkan manfaat nyata bagi masyarakat. Beberapa tahun belakangan, kajian-kajian dari beberapa peneliti bersama dengan WHO dan UNICEF (United Children Fund’s) mencoba untuk mengukur dampak menyusui pada sector lainnya, tepatnya pada sector perekonomian. Suatu badan yang dibentuk bersama oleh WHO dan UNICEF, yakni Global Breastfeeding Collective dalam salah satu publikasinya yang bertajuk “Nurturing the Health and Wealth of Nations: The Investment Case for Breastfeeding” pada 2017 lalu menekankan bahwa menyusui tidak hanya sebuah investasi untuk kesehatan bayi dan untuk menyelamatkan nyawanya, tapi juga sebagai investasi dalam sumber daya manusia yang dapat menguntungkan bagi perekonomian negara. Secara perhitungan ekonomi, menyusui menjadi salah satu investasi terbaik dalam kesehatan global, hal ini dikarenakan setiap $1 yang diinvestasikan dalam menyusui menghasilkan keuntungan ekonomi sebesar $35. (3) ASI dapat memberi dampak positif terhadap ekonomi. WHO merangkum temuan dari The Lancet Journals Series on Breastfeedings dan menegaskan bahwa menyusui ASI diperkirakan dapat menyelamatkan 800.000 bayi dan menghindari kerugian ekonomi global akibat cakupan menyusui yang rendah mencapai lebih dari $300 miliar pada tahun 2012. (4) Dampak Ekonomi dari Penghindaran Penyakit Salah satu artikel Tirto.id yang bertajuk “ASI Menguntungkan Keluarga dan Negara” mewawancara seorang ahli laktasi dr. Utami Roesli, SpA, IBCLC, FABM yang menyampaikan bahwa jika gerakan menyusui gencar dilakukan, angka kematian ibu dan anak dapat ditekan, menyusui dengan ASI juga akan membantu ibu dan bayi agar terhindar dari penyakit. (5) Menghindari penyakit menjadi penting jika dikaitkan dengan perekonomian dikarenakan ada biaya yang dikeluarkan untuk sembuh. Mengutip dari perhitungan yang ada dalam artikel Tirto.id, akibat pneumonia dan diare saja, Indonesia bisa kehilangan 5.700 anak per tahun dan mengeluarkan biaya kesehatan sebanyak $270 juta atau sekitar Rp3,5 triliun untuk perawatan. Tak hanya itu, sebanyak 1.279 kematian ibu akibat kanker payudara per tahunnya juga dapat dicegah dan menghindarkan Rp59 miliar kerugian dari kehilangan produktivitas seumur hidup. (5) Note : “Asia Tenggara kehilangan $1 triliun per tahunnya akibat angka menyusui rendah, dan lebih dari 80 persennya terjadi di Indonesia,” mengutip yang disampaikan dokter utami dalam artikel Tirto.id. Lebih dalam lagi menilik dampak positif menyusui ASI pada ekonomi maka sampailah pada penelitian Pokhrel dan koleganya. Penelitian yang bertajuk “Potential economic impacts from improving breastfeeding rates in the UK” ini meyakini bahwa peningkatan tren menyusui menghemat pengeluaran negara secara signifikan. Untuk menghitungnya, mereka mengidentifikasi penyakit yang bisa dihindari dengan menyusui. Mulai dari pengurangan infeksi saluran pencernaan dan pernapasan, peradangan telinga pada bayi, enterocolitis nekrotikan (infeksi pembengkakan perut) pada bayi prematur, dan kanker payudara pada ibu. (6) Inggris sendiri mengeluarkan biaya untuk mengobati empat penyakit pada anak di atas sebesar £89 juta per tahun. Lalu, biaya yang harus ditanggung seumur hidup untuk merawat ibu dengan kanker payudara diperkirakan mencapai £ 959 juta. Gerakan untuk menyusui secara eksklusif dari semula 1 minggu menjadi 4 bulan dapat mengurangi kejadian penyakit menular pada anak dan menghemat £11 juta per tahun. Kembali lagi pada laporan yang di rilis Global Breastfeeding Collective pada 2017, dinyatakan juga sebuah temuan bahwa di Cina, India, Nigeria, Meksiko, dan Indonesia, cakupan menyusui ASI yang rendah bertanggungjawab atas lebih dari 236.000 kematian anak setiap tahun; di negara-negara ini, perkiraan biaya kerugian ekonomi dari kematian dan kerugian kognitif yang disebabkan oleh pemberian ASI yang tidak memadai diperkirakan hampir sekitar $119 miliar per tahun. (3) Menyusui ASI selain dapat dituai manfaat kesehatannya, ternyata juga membawa dampak yang baik pada perekonomian. Menyusui ASI dapat menyelamatkan nyawa, sekaligus ketika dilakukan sesuai anjuran maka akan dapat menguntungkan perekonomian keluarga dan negara, bahkan secara global. Notes: “Breastfeeding is not only an investment in improving children’s health and saving lives, but also an investment in human capital development that can benefit a country’s economy.” -Global Breastfeeding Collective, 2017. Sumber :