Home Penelitian Produk Pengetahuan Berita Tentang Kami

Bergabung untuk mendapatkan pengalaman pembelajaran terkait kesehatan

Atau

Contact us

Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan 10 LMKM di Indonesia

2022-12-18

Indonesia telah mengadopsi 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) dan dalam perjalanan implementasinya terdapat hambatan-hambatan.

Apa saja hambatan tersebut ?

***

Pada 1989, World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), meluncurkan suatu kesepakatan global yang bertujuan untuk menjamin keberhasilan menyusui, program tersebut dikenal dengan Ten Steps to Successful Breastfeeding (10 LMKM).

Tujuan dari diluncurkannya kebijakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM) ini adalah sebagai pernyataan bersama untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting dari fasilitas layanan kesehatan dalam mempromosikan pemberian ASI, dan untuk menggambarkan apa yang harus dilakukan oleh fasilitas layanan kesehatan untuk memberikan informasi dan dukungan yang tepat kepada ibu. 1

Diperkenalkan di Indonesia secara nasional pada tahun 1991 melalui program Rumah Sakit Sayang Bayi (RSSB), 10 LMKM menguraikan langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan untuk mempromosikan dan memfasilitasi inisiasi dan praktik menyusui oleh ibu dalam perawatan yang dilakukan. 

Seiring diimplementasikanya 10 LMKM di Indonesia, beberapa studi menemukan bahwa terdapat hambatan-hambatan dalam pengimplementasiannya. Berikut merupakan beberapa hal yang menghambat pengimpelemtasian 10 LMKM di Indonesia:

Faktor internal ibu

Studi menunjukkan terdapat berbagai faktor yang dapat menghambat pelaksanaan 10 LMKM. Faktor penghambat ini asalah satunya adalah psikis ibu (keyakinan ibu terhadap produksi ASI, dukungan keluarga, rendahnya pengetahuan dan sikap tentang ASI Eksklusif, teknik menyusui dan konseling ASI). 2 

Faktor internal lainnya pada ibu yang juga dianggap berpengaruh adalah usia ibu yang tua, ibu yang bekerja, dan pemberian MPASI dini pada bayi usia < 6 bulan.2,3 Pengkajian yang telah dilakukan pada 11 orang ibu yang sedang menyusui menunjukkan bahwa tidak semua ibu yang mempunyai bayi umur 0 – 6 bulan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ASI eksklusif, semua partisipan setuju bahwa ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi yang baru lahir, namun dalam penerapannya tidak selalu berhasil.

Faktor tenaga kesehatan

Petugas kesehatan mempunyai peran yang penting dalam keberhasilan implementasi 10 LMKM. Rendahnya dukungan dan komitmen petugas (bidan dan perawat) dalam memberikan pengetahuan terkait Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan praktik ASI eksklusif diketahui dapat menghambat pelaksanaan 10 LMKM.4,5,6 Rendahnya dukungan dan komitmen dikarenakan pemahaman tenaga kesehatan tentang pentingnya peran mereka dalam implementasi 10 LMKM belum tertanam dengan baik.

Aspek lain terkait petugas kesehatan adalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan (rumah sakit) khususnya pendanaan untuk pelatihan dan pengadaan media penyuluhan.5

Lemahnya fungsi manajemen program di pelayanan kesehatan

Hal selanjutnya yang menghambat pengimplementasian 10 LMKM yakni lemahnya fungsi manajemen program di pelayanan kesehatan dan kurangnya perhatian pemerintah kota terkait keterbatasan jumlah dan biaya kegiatan promosi kesehatan. Perlu adanya optimalisasi monitoring dan evaluasi program pemberian ASI eksklusif di pelayanan kesehatan dari pemerintah kabupaten/kota dan jajarannya (Dinas Kesehatan kota/kabupaten), penguatan komponen input, pelaksanaan advokasi, bina suasana dan pemberdayaan serta kemitraan.7

Pengimplementasian 10 LMKM akan sulit mencapai keberhasilan tanpa dukungan dari pihak-pihak pemangku kebijakan yang dapat berperan banyak pada fungsi manajemen program. Dukungan yang berupa optimalisasi monitoring dan evaluasi program, penguatan komponen input, pelaksanaan advokasi, bina suasana dan pemberdayaan serta kemitraan menjadi penting demi melancarkan implementasi 10 LMKM.

Belum optimalnya peran lintas sektor

Peranan lintas sektor juga belum optimal dalam mendukung keberhasilan program ASI eksklusif. Peran lintas sektor terkait dengan pemberian ASI eksklusif belum diterapkan pada bidang kerja yang bersangkutan sehingga belum mampu mendukung program dari pemerintah tersebut.

Pengetahuan, sikap dan keyakinan saja tidak cukup menjamin seorang ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya, penerapan kebijakan dan keterampilan petugas yang didukung oleh lintas sektor terkait diharapkan dapat mendorong ibu untuk memberikan makanan yang terbaik bagi bayi yang baru lahir hingga usia enam bulan yaitu ASI eksklusif.8

 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui merupakan salah satu gagasan internasional yang diterapkan di Indonesia. Kini, telah teridentifikasi melalui beberapa studi bahwa implementasi 10 LMKM di Indonesia menemui hambatan, seperti dari faktor internal ibu, faktor tenaga kesehatan, lemahnya fungsi manajemen program di pelayanan kesehatan, dan belum optimalnya peran lintas sektor.

Hambatan-hambatan tersebut sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia untuk menjadi lebih baik lagi dalam pengimplementasian 10 LMKM di Indonesia agar dapat mencapai tujuan dari 10 LMKM itu sendiri, yakni menumbuhkan kesadaran akan peran penting dari fasilitas layanan kesehatan dalam mempromosikan pemberian ASI, dan untuk menggambarkan apa yang harus dilakukan oleh fasilitas layanan kesehatan untuk memberikan informasi dan dukungan yang tepat kepada ibu

***

Sumber :

  1. WHO. (2019). Ten steps to successful breastfeeding. 20, 2020, dari World Health Organization: Diakses dari situs https://www.who.int/activities/promoting-baby-friendly-hospitals/ten-steps-to-successful-breastfeeding pada 27 November 2020.
  2. Fahriani, R., Rohsiswatmo, R., & Hendarto, A. (2016). Faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi cukup bulan yang dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Sari Pediatri, 15(6), 394-402.
  3. Kurniawan, B. (2013). Determinants of the Successful of Exclusive Breastfeeding. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 27(4), 236-240
  4. Noer, E. R., Muis, S. F., & Aruben, R. (2011). Praktik inisiasi menyusu dini dan pemberian asi eksklusif studi kualitatif pada dua puskesmas, Kota Semarang. Media Medika Indonesiana, 45(3), 144-150.
  5. Raharjo, B. B. (2014). Profil ibu dan peran bidan dalam praktik inisiasi menyusu dini dan asi eksklusi. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(1), 53-63.
  6. Kudarti, K., Kartasurya, M. I., & Pradigdo, S. F. (2014). Analisis Perbedaan Implementasi Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui antara Rumah Sakit Swasta dan Pemerintah di Kabupaten Kudus Tahun 2014 (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS DIPONEGORO).
  7. Paramita, A., Asyah, N., Lestari, D., & Aimanah, I. U. (2015). Practice of Exclusive Breast Feeding Program in 2013 at Puskesmas of Probolinggo City (A Case Study in Kedopok and Sukabumi of Health Center Services). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 18(3), 20952.
  8. Dewi, R. S., Muhyi, R., & Rosida, L. (2017). Kajian Pelaksanaan Program Pemberian Asi Eksklusif dan Peran Lintas Sektor Terkait. Jurnal Berkala Kesehatan, 1(2), 67-77.