Home Penelitian Produk Pengetahuan Berita Tentang Kami

Bergabung untuk mendapatkan pengalaman pembelajaran terkait kesehatan

Atau

Contact us

Suplai ASI Sedikit, Apa Penyebabnya?

2022-12-18

Setelah melahirkan maka tiba masa menyusui, dalam prosesnya kadang timbul masalah ASI sedikit. Kekhawatiranpun muncul karena takut bayi tidak mendapat cukup ASI. Lalu, bagaimana tanda saat bayi tidak mendapat cukup ASI dan apa penyebab suplai ASI sedikit?

***

Kekhawatiran akan suplai ASI sedikit sering dialami ibu-ibu yang sedang menyusui. Suplai ASI bisa dikatakan sedikit ketika ASI yang keluar tidak mencukupi untuk mengenyangkan bayi. Keadaan ini kadang membuat ibu khawatir berlebih karena bayinya tidak mendapat cukup asupan ASI.

Implikasi yang muncul saat suplai ASI sedikit, tidak jarang berujung pada keputusan ibu untuk berhenti menyusui. Seperti apa yang ada dalam artikel UNICEF yang bertajuk “Overcoming Breastfeeding Problems: Low milk supply” bahwa di United Kingdom, salah satu alasan ibu berhenti menyusui adalah karena suplai ASInya sedikit.1

Temuan dari Irawati dan koleganya (2003) yang melakukan penelitian yang bertajuk “Pengaruh Status Gizi Ibu Selama Kehamilan dan Menyusui Terhadap Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu” juga menyatakan bahwa alasan lain ibu tidak memberikan ASI adalah karena produksi ASI sedikit atau ASI tidak keluar.2 Masalah akan semakin kompleks ketika ibu memutuskan untuk berhenti memberi ASI dan beralih memberi bayi susu formula. 

Untuk memperdalam pengetahuan seputar suplai ASI sedikit pada ibu, berikut akan dibahas bagaimana tanda saat bayi tidak mendapat cukup ASI, miskonsepsi terkait suplai ASI sedikit dan penyebab suplai ASI sedikit.

Tanda Bayi Tidak Mendapat Cukup ASI

Bayi yang tidak mendapat cukup ASI memiliki tanda-tanda sebagai berikut :

  • Kenaikan berat badan yang buruk

Bagi bayi yang baru lahir, kehilangan 5% - 7% atau bahkan ada yang 10% dari berat badan saat lahir merupakan hal yang normal. Namun, setelah itu mereka harus menambah setidaknya 20 – 30g per hari dan kembali ke berat badan lahir pada hari ke 10 – 14 3,4,5. Jika bayi telah kehilangan 10% atau lebih dari berat lahirnya dan belum mulai terlihat adanya pertambahan berat badan pada hari ke lima sampai enam, sebaiknya segera melakukan konsultasi medis.

  • Jumlah popok yang telah dipakai

Jumlah kotoran dan ingus yang dikeluarkan oleh bayi per hari adalah indikator yang baik untuk mengetahui apakah bayi mendapatkan cukup ASI atau tidak.6 

  • Dehidrasi

Jika bayi mengeluarkan urine (air seni) yang berwarna cenderung gelap, mulut kering atau terlihat mengidap penyakit kuning (kulit atau mata menguning), atau jika bayi lesu dan enggan menyusu, bayi kemungkinan sedang mengalami dehidrasi.4 Demam, diare, muntah-muntah dan kepanasan dapat menyebabkan dehidrasi pada bayi. Disarankan untuk melakukan konsultasi medis ketika bayi mengalami tanda-tanda tersebut.

Miskonsepsi Terkait Suplai ASI yang Sedikit

Dilansir dari Medela, dalam artikelnya yang bertajuk “Too little breast milk? How to increase low milk supply” ada beberapa miskonsepsi tentang ASI yang sedikit. Bayi yang baru lahir biasanya menyusu sekitar 10 – 12 kali dalam sehari atau sekitar tiap 2 jam – dan ini bukan berarti karena ASI yang keluar tidak mencukupi. Beberapa hal berikut adalah sepenuhnya normal dan bukan tanda dari suplai ASI yang sedikit :

  • Bayi ingin menyusu berkali-kali 
  • Bayi tidak mau ditaruh
  • Bayi bangun pada malam hari
  • Payudara ibu terasa lebih lembek dari waktu setelah melahirkan
  • Ibu tidak bisa memompa banyak ASI
  • Ibu memiliki payudara yang cenderung kecil 

Penyebab Produksi ASI Rendah

Dilansir dari American Pregnancy Association dalam artikel “Do I Have a Low Milk Supply?”, berikut beberapa penyebab rendahnya suplai ASI7 :

  • Posisi yang buruk saat menyusui
  • Menggunakan kontrasepsi oral
  • Pelekatan bayi yang tidak tepat saat menyusui
  • Bayi memiliki tongue tie atau lip tie
  • Kebiasaan memberikan susu formula atau ASI menggunakan botol setelah bayi menyusu langsung dari ibu
  • Menggunakan empeng
  • Masalah pada kesehatan ibu (masalah kesehatan misalnya anemia)
  • Obat yang dikonsumsi ibu
  • Minum-minuman beralkohol
  • Merokok
  • Mempersingkat waktu menyusui (tidak memberi kesempatan sampai bayi memutuskan kapan dia ingin selesai)
  • Menjadwalkan menyusui daripada memberi susu sesuai permintaan bayi
  • Bayi yang tertidur terlalu lama/sepanjang malam (tidur terlalu lama mengurangi frekuensi menyusu, bayi dapat dibangunkan sebentar untuk menyusu)

Selain beberapa yang telah disebutkan diatas, mengutip dari Healthline, faktor emosional juga dapat berpengaruh pada rendahnya suplai ASI. Stress, cemas dan rasa malu berlebih dapat mengganggu let-down reflex (refleks yang terjadi ketika saraf di payudara terangsang karena isapan bayi ataupun sentuhan  dan memudahkan ASI untuk keluar) dan menyebabkan produksi ASI lebih sedikit. Menciptakan suasana yang santai untuk menyusui, membuat pengalaman meyenangkan dan bebas stress dapat membantu meningkatkan produksi ASI.8

Pada tahun 2017, penelitian yang dilakukan oleh Riddle dan koleganya menemukan bahwa pengetahuan tentang manajemen menyusui yang optimal menjadi faktor yang penting terhadap sebagian besar masalah suplai ASI yang rendah. Selain itu disebutkan juga bahwa ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa gangguan toleransi glukosa dapat berkontribusi pada suplai ASI yang rendah secara intrinsik.9

Masalah suplai ASI yang sedikit tentu dapat mengkhawatirkan, dengan mengenali penyebab dan tanda-tanda saat bayi tidak mendapat cukup ASI tentu ibu dapat lebih waspada dalam mengawasi bayi dan menjaganya agar mendapat asupan yang cukup untuk tumbuh kembang optimalnya.

***

Sumber :

  1. UNICEF United Kingdom. Overcoming Breastfeeding Problems: Low milk supply. Diakses dari situs https://www.unicef.org.uk/babyfriendly/support-for-parents/low-milk-supply/ pada 21 November 2020.
  2. Irawati A, Triwinarto A, Salimar,Raswanti I. Pengaruh Status Gizi Ibu Selama Kehamilan dan Menyusui Terhadap Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu. Penel Gizi Makan 2003; 26(2): 10-19.
  3. Tawia, S., & McGuire, L. (2014). Early weight loss and weight gain in healthy, full-term, exclusively-breastfed infants. Breastfeeding Review, 22(1), 31.  https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24804521/ 
  4. Lawrence, R. A., & Lawrence, R. M. (2010). Breastfeeding e-book: a guide for the medical professional. Elsevier Health Sciences.  
  5. World Health Organization. (2018). Child Growth Standards. Diakses dari situs https://www.who.int/toolkits/child-growth-standards/standards/weight-for-age pada 22 November 2020.
  6. Medela. (2018). Too little breast milk? How to increase low milk supply. Diakses dari situs https://www.medela.com/breastfeeding/mums-journey/low-milk-supply pada 22 November 2020.
  7. American Pregnancy Association. (2020). Do I Have a Low Milk Supply?. Diakses dari situs https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/breastfeeding/low-milk-supply-26894/ pada 22 November 2020.
  8. Healthline. (2018). 5 Ways to Increase Breast Milk Production. Diakses dari situs https://www.healthline.com/health/parenting/how-to-increase-breast-milk#how-to pada 22 November 2020.
  9. Riddle, S. W., & Nommsen-Rivers, L. A. (2017). Low milk supply and the pediatrician. Current Opinion in Pediatrics, 29(2), 249-256. https://journals.lww.com/co-pediatrics/Abstract/2017/04000/Low_milk_supply_and_the_pediatrician.19.aspx