2018-01-01
Prof. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes., Dr.PH Putu Ayu Indrayathi, S.E., MPH dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.K.M NI LUH PUTU SUARIYANI, S.KM., MHlth.IntDev I Desak Ketut Dewi Satiawati Kurnianingsih, S.KM, M.Kes I Gusti Ayu Agung Putri Krismayanthi, S.K.M
Denpasar dan Semarapura
BKKBN
Pada Mei 2012, BKKBN melakukan pengembangan terhadap program GenRe yaitu dengan meluncurkan program GenRe di sekolah-sekolah agar dapat menjadi forum diskusi bagi remaja untuk mengatasi berbagai masalah seksual remaja. Jika dibandingkan dengan program KSPAN maka program PIK-Remaja dianggap tidak terlalu aktif di publik dan hanya sedikit yang memanfaatkan konselor sebaya. Hal tersebut terjadi juga di Kota Denpasar dan dapat memberi gambaran bahwa masih kurangnya minat dan perhatian siswa pada program PIK-Remaja di sekolah. Laporan ini disusun sebagai hasil evaluasi bagi program PIK-Remaja yang telah terlaksana sehingga mampu menghasilkan rekomendasi strategi metode yang sesuai untuk remaja terkait program PIK-Remaja di sekolah.
Hal yang dapat disoroti pada kegiatan evaluasi ini yaitu beberapa hal terkait pelaksanaan PIK-R di sekolah khususnya pada sekolah tempat penelitian yaitu di SMPN 6 Denpasar dan SMAN 2 Semarapura. Kedua sekolah ini diketahui memiliki latar belakang kegiatan PIK-R yang berbeda, dimana pada SMPN 6 Denpasar, program PIK-R masih tergolong baru dan masih belum jelas pelaksanaannya bahkan tidak diketahui oleh siswa/I sekolah setempat. Namun pada SMAN 2 Semarapura, sebagai sekolah yang tergolong aktif kegiatan PIK-R nya, tetap saja merasa kurang mendapat dukungan khususnya dari BKKBN baik daerah maupun pusat dalam hal pemberian materi, dukungan media yang dapat dijadikan sebagai bahan sosialisasi, hingga tidak pernah difasilitasi perkumpulan antara konselor sebaya yang justru dinilai perlu diadakan oleh anggota PIK-Remaja sebagai ajang sharing ilmu dan memperluas pergaulan.
Lebih lanjut lagi sesungguhnya keberadaan dan peranan PIK-Remaja di lingkungan remaja sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk mendapatkan informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang PIK-Remaja maupun mengenai kesehatan reproduksi pada umumnya. Hanya saja pada setting penelitian ini, diketahui bahwa akses dan kualitas pengelolaan dan pelayanan PIK-Remaja masih relatif rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan pengembangan dan pengelolaan PIK-Remaja dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas tersebut. Untuk peningkatan pengembangan, pengelolaan dan pelayanan PIK-Remaja, langkah awal yang diperlukan yaitu dibuatkannya buku panduan yang dapat digunakan oleh semua pihak yang terkait dengan pengelolaan, pengembangan dan pelayanan PIK-Remaja.
Sebagai rekomendasi selanjutnya untuk lebih menggaungkan program PIK-Remaja di sekolah yaitu dengan merubah pola pikir PIK-Remaja yang beda dari hal yang biasa dan menyasar sesuai kebiasaan remaja seperti melakukan KIE konkrit melalui media social dengan mengadopsi teori doktrin bahwa sesuatu yang selalu diulang-ulang untuk disebarkan (eg. Ekstrak kulit manggis) akan menjadi hal yang mudah untuk diingat dan kemudian dipercayai. Selain itu langkah sosialisasi mengenai program PIK-Remaja ke seluruh sekolah secara serempak dapat lebih digencarkan melalui media massa maupun media luar ruang seperti pada website, billboard, spanduk, maupun flyer.
Zaman tingginya penggunaan internet pada remaja seperti saat ini juga dapat dijadikan peluang untuk dapat lebih menggencarkan kegiatan PIK-Remaja hingga keluar negeri sehingga dapat dijadikan model percontohan dalam pencegahan masalah Triad KRR baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu, kegiatan kemitraan dengan guru Pembina di sekolah dengan mengadakan pelatihan untuk guru hingga memotivasi para mitra lainnya seperti karang taruna, remaja di sekitar lingkungan komunitas, tokoh agama/masyarakat bahwa masalah remaja adalah masalah bersama dengan program GenRe adalah solusi dengan mengenalkan PIK-Remaja yang ada di lingkungan luar yang akan mendukung keajegan program PIK-Remaja.