Home Penelitian Produk Pengetahuan Berita Tentang Kami

Bergabung untuk mendapatkan pengalaman pembelajaran terkait kesehatan

Atau

Contact us

Heboh Meningitis Streptococcus Suis di Bali: Tetap Waspada dan Jangan Panik, Ayo Pahami Penyebab dan Cara Pencegahannya!

2023-05-01

Oleh

Kadek Darmawan, S.K.M.

Staf Riset di Center for Public Health Innovation Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan Staf Riset di Yayasan Pusat Inovasi Kesehatan (PIKAT)


Saat ini masyarakat Bali tengah dihebohkan dengan adanya pemberitaan terkait Meningitis Streptococcus suis (MSs) yang disebabkan oleh mengonsumsi olahan daging babi. Salah satu berita yang ramai diperbincangkan saat ini yaitu satu keluarga di Kabupaten Gianyar yang terjangkit MSs seusai menyantap lawar plek. Hebohnya berita mengenai MSs ini tentu harus dibarengi dengan pemberian informasi dan edukasi yang lengkap dan akurat kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak menjadi panik dan takut bahkan cenderung phobia untuk mengonsumsi daging babi. Terlebih hal ini juga dapat berdampak negatif terhadap pedagang daging babi maupun produk olahannya.


Sebelumnya, apa sih itu Meningitis Streptococcus suis (MSs)?


MSs merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus suis (S.suis) yang memiliki reservoir alami pada babi dan ditularkan melalui kontak langsung dengan babi terinfeksi maupun mengkonsumsi produk babi yang sudah terkontaminasi S.suis (Samkar et. al., 2015).


Lalu, setelah sekian lama masyarakat Bali mengonsumsi daging babi, kenapa MSs ini baru ditemukan di Bali?


MSs bukanlah kasus baru yang ditemukan di Bali, akan tetapi kasus pertama MSs di Bali telah dilaporkan terjadi pada tahun 2014 dan setelah itu kejadiannya cenderung mengalami peningkatan sehingga infeksi S.suis perlu diwaspadai (Susilawathi et.al., 2016). Sedangkan di tahun 2023 saat ini, kasus MSs ini kembali terjadi di Bali. Laporan kasus suspek MSs di Provinsi Bali dari Bulan Januari sampai dengan tanggal 24 April 2023 yaitu sebanyak 38 kasus dengan rincian 27 kasus di RSUD Sanjiwani, 5 kasus di RSU Negara, 2 kasus di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah dan 4 kasus di RSUD Bali Mandara (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2023).


Lantas, apa sih penyebab dari MSs?


Sebelum membahas mengenai penyebab MSs ini. Perlu juga diketahui penyebab dan jenis-jenis dari meningitis diantaranya meningitis virus, bakteri, jamur, parasit dan non infeksi. Sedangkan khusus untuk meningitis bakteri penyebabnya juga ada beberapa macam seperti Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, dan Neisseria. Untuk MSs yang ramai diberitakan saat ini disebabkan oleh S.suis akibat mengonsumsi olahan daging babi yang tidak dimasak dengan sempurna. Hal ini dikarenakan bakteri S.suis ditemukan pada daging dan darah babi yang masih mentah seperti halnya pada lawar plek (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2023).


Dari pembahasan di atas, jadi tidak semua meningitis tersebut dapat disebabkan oleh mengonsumsi daging babi. Akan tetapi perlu melihat kasus per kasus dan konfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Hal ini dapat dilihat dari 27 kasus suspek MSs yang dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar bahwa hanya 2 kasus yang terkonfirmasi positif sebagai kasus MSs (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2023).


Apakah MSs ini dapat dicegah?


Ya. Tentu Dapat Dicegah!


MSs dapat dicegah penularannya dengan cara sebagai berikut (Susilawathi, 2018):




  1. Salah satu sumber infeksi utama pada S.suis adalah babi sakit. Sehingga diperlukan pengawasan dan jangan memotong babi yang sakit tersebut. Hal ini merupakan kunci utama pencegahan penularan pada manusia.

  2. Dilakukannya peningkatan kualitas penangkaran babi dengan melakukan penyemprotan kandang babi dengan desinfektan seminggu sekali, selalu menjaga kebersihan kandang, menjaga kebersihan tempat pakan, menjaga kebersihan tempat minum, dan jangan memberikan pakan dari limbah hewan yang sakit.

  3. Dilakukannya vaksinasi pada babi. Hal ini merupakan metode efektif untuk mengurangi wabah infeksi S.suis pada babi sehingga mengurangi risiko penularan pada manusia.

  4. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit ini pada populasi yang berisiko tinggi disertai dengan pengetahuan mempersiapkan dan mengolah produk babi yang aman. Pengetahuan yang penting perlu diketahui antara lain: pemakaian sarung tangan saat mengolah produk babi apabila terdapat luka terbuka, mencuci tangan, membersihkan peralatan secara menyeluruh setelah kontak dengan produk babi dan memasak produk babi dengan matang. World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memasak daging babi hingga mencapai suhu internal 70°C atau kaldunya menjadi jernih (bukan berwarna merah muda).


"Kita tidak boleh panik dan harus bersikap tenang dalam menghadapi penyakit ini. Kita harus tahu, apa dan bagaimana sebenarnya MSs itu bisa terjadi. Karena faktanya tidak semua babi yang ada di Bali terinfeksi MSs. Namun, kita harus tetap waspada dan selalu melakukan upaya pencegahan untuk menghindari penyakit ini".


Referensi

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2023. Press Release Kasus Suspek Meningitis Streptococcus Suis (MSs). Diakses dari https://diskes.baliprov.go.id/portfolio/press-release-mss/. Diakses pada tanggal 1 Mei 2023 (17:25).


Samkar, A.V., Brouwer, M.C., Schultsz, C., Ende, A.V.D., Beek, D.V.D. 2015. Streptococcus suis Meningitis: A Systematic Review and Meta-analysis. PLOS Neglected Tropical Diseases


Susilawathi N.M., Tarini N.M.A., Sudewi A.A.R. 2016. Meningitis Bakterial Streptococcus suis dengan Tuli Sensorineural Bilateral. Neurona 34 (1): 55- 59.


Susilawathi N.M. 2018. Meningitis Streptococcus Suis Sebagai Penyakit Infeksi Emerging. Bali Neurology Update. Tropical Disease and Neuropediatric Cases: Revisiting (Re)-Emerging Issues with National Priorities 15-20.